Selasa, 28 Mei 2013

Responding Paper 10


Responding Paper Agama Bahai
Elita Karlina
1110032100017
Sejarah
Bahaullah sebagai pendiri
Sayyid Ali muhamad yang lebih dikenal dengan gelarnya bab dilahirkan pada tanggal 20 oktober 1819 di shiraz iran,bab berasal dari keluarga terkemuka dan mulia merupakan keturunan nabi muhamad. Sekitar tahun 1840 bab tinggal selama setahun di kota kota suci syiah di irak tempat dia menjalin kontak langsung  dengan Sayyid khazim Rasyti,pemimpin madzhab syaikiyah semi ortodoks yang menekan gagasan esoteris.
            Setelah wafatnya sayyid khazim pada awal tahun 1844 seorang muridnya yang terkemuka yang bernama Mulla husayn pergi ke sebuah masjid dan bermeditasi selama 40 hari.mulla husayn terus kesana kemari  mencari qaim yang telah dijanjikan itu dan akhirnya ia ketemu dengan bab dan setelah berbincang bincang lalu bab menunjukan bukti bukti yang jelas bahwa beliaulah qaim yang di janjikan,ia menulis dengan sangat cepat  bagian pertama dari tafsirnya al-qur’an surat yusuf kemudian ia menyampaikan kata-kata berikut kepada mulla husayn:[1]
            Pada tahun 1844 seorang muslim syiah bernama Mirza ali Muhamad menyatakan dirinya sebagai imam yang ke 12yang dijanjikan.ia menyebut dirinya dengan nama bab al-din(pintu agama)dan memberi dukungan yang luas pada perbaikan sosial seperti peningkatan status wanita.bab al-din mengumpulkan muridnya dan membentuk kelompok yang disebut babis.kelompok ini tidak bertahan lama karena berhasil di hancurkan melalui kekuatan agama dan politik bangsa persia.pada tahun 1850 bab al din dihukum mati di depan khalyak ramai,sedangkan muridnya ada yang di penjara atau di hukum mati.sebelum mati beliau menjanjikan bakal ada seseorang yang membawa agama universal.jasad bab diselamatkan oleh para pengikutnya dan diawetkan.akhirnya jasad bab dipindahkan ke haifa di palestina tempat ia di kuburkan.
            Salah satu murid bab yang dipenjara Mirza Husein ali adalah seorang anak dari keluarga terkemuka di persia,keluarga mirza tidak di hukum mati bersama bab tetapi di penjara di teheran.pada tahun 1852 para pengikut bab yang lain merencanakan pembunuhan terhadap syakh iran yang menyebabkan terjadinya penganiyayan terhadap kelompok ini,mirza ali di asingkan ke bagdad selama 10 tahun.selama dalam perasingan mirza ali menampakan dirinya sebagai seorang yang diramalkan bab al din.
            Ketika diasingkan dari bagdad ke konstantinovel pada malam keberangkatanya dia menyatakan kepada para pengikutnya sebagai orang yang di janjikan bab al din.pernyataan ini terjadi di Ridwan dekat baghdad dan sekarang ini setiap tahun diperingati oleh kaum baha’i dengan suatu pesta.mirza menyebut dirinya bahaullah(keagungan Allah) dan para pengikut bab al din yang menerima dan mengikuti ajaranya disebut sebagai kaum baha’i.
Kepemimpinan gerakan baha’i di lanjutkan oleh anaknya,Abbas Effendi yang dikenal dengan abdul baha.abdul baha melanjutkan program pengjaran ayahnya pada tahun 1908 dia di bebaskan oleh pemerintah turki.  Pada tahun 1021 kepemimpinan gerakan Baha’i di lanjutkan oleh cucu lelakinya,shogi Effendi yang melanjutkan usaha pendirian lokal dan nasional di banyak negara hingga wafatnya pada tahun 1957.setelah itu,pemimpin baha’i bukan lagi berdasarkan keturunan Bahaullah tetapi oleh seorang yang dipilih dari berbagai perkumpulan baha’i di seluruh dunia.
Ajaran Baha’i
Ke esaan Tuhan
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Agung,
Keselarasan dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat Bahá’í percaya bahwa tujuan agama adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. Saling menghormati dan mencintai serta kerja sama di antara pemeluk agama yang berbeda akan membantu terwujudnya masyarakat yang damai.  
Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri khas masyarakat Bahá’í di seluruh dunia adalah keanekaragaman anggotanya. Agama Bahá’í merangkul orang-orang yang berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa, bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial ekonomi----semuanya bersatu demi mengabdi pada kemanusiaan.
Kesatuan Umat Manusia
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati.
Sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat Bahá’í percaya tentang adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu.
 Pada saat kematian, roh manusia akan melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani. Orang-orang yang telah menaati ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan kapasitas rohani mereka, kelak sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas perbuatan-perbuatan mereka.
Budi Pekerti yang Luhur
Umat Bahá’í percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta bertingkahlaku sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar kehidupan Bahá’í adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat Bahá’í dilarang bergunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi.
Kemandirian dalam mencari kebenaran
            Dalam pencarian kebenaran mesti indevenden,tidak terkekang oleh sikap takhayul atau tradisi.setiap orang yang ingin jadi pengikut baha’i harus memiliki keinginan untuk mencari kebenaran Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada para Nabi atau tradisi-tradisi masa lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan tuhan melalui pandangan kesatuan dan memandang semua urusan dilihat dengan tajam.merupakan salah satu dasar pengajaran baha’i.[2]
Perbedaan antara kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
 Bahaallah datang dari kalangan keluarga kaya, tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih banyak di penjara sehingga dia benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan tersebut.
Pendidikan Diwajibkan bagi Setiap Manusia
Bahá’u’lláh memberi kewajiban kepada orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, baik perempuan maupun laki-laki.
Memajukan Perkembangan Kaum Wanita
Harus tersedia kesempatan yang sama bagi perkembangan wanita dan pria, terutama kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan.[3]
Sembahyang Wajib, Puasa, dan Doa
Umat Bahá’í seperti juga umat agama-agama lainnya, diwajibkan untuk bersembahyang yang dilaksanakan secara individu, serta untuk berpuasa selama periode tertentu.
 Pembentukan liga bangsa-bangsa
dunia peradilan yang memutuskan pertentangan dan perselisihan antara bangsa-bangsa harus dilembagakan. Empat puluh tahun sebelum terbentuknya bangsa bangsa Bahaullah telah mengusulkan dibentuknya organisasi ini dari sel penjaranya di Acca namun ketika liga bangsa bangsa di bentuk setelah perang dunia ke 1 Abdul baha menganggapnya terlalu lemah untuk efektif.
Akhirnya semua puncak dari ajarah Baha’i adalah membangun perdamaian yang permanen dan universal dan menjadi cita-cita utama seluruh umat manusia.
RUMAH – RUMAH IBADAH BAHÁ’Í
Rumah ibadah Bahá’í dibangun dengan dana yang berasal dari sumbangan orang-orang Bahá’í dari seluruh dunia. Rumah Ibadah ini dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dikenal dengan nama *Mashriqu’l-Adhkár, yang secara harfiah berarti “tempat terbit pujian kepada Tuhan.” Rumah ibadah Bahá’í terbuka bagi penganut dari semua agama.
TULISAN SUCI BAHÁ’Í
Salah satu keunikan Wahyu Agama Bahá’í ialah masih tersimpannya dengan baik semua Tulisan-tulisan Suci dalam bentuk asli yang disahkan oleh Bahá’u’lláh sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas keasliannya.


[1] Leo christie,konsep roh dalam agama baha’i hal.10-15(skripsi)
[2] Paula Hartz,word religion baha’i faith hal 10-20
[3] J.E esslemont,Bahaullah and the New Era,hal 99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar