Selasa, 28 Mei 2013

Responding Paper 9


RESPONDING PAPER AGAMA SHINTO
Elita Karlina
1110032100017
SEJARAH
Agama Shinto didirikan mulai sekitar 2,500 - 3000 tahun yang lalu di Jepang. Agama ini timbul pada zaman prasejarah dan siapa pembawanya tak dapat dikenal dengan pasti. Agama shinto di Jepang itu tumbuh dan hidup dan berkembang dalam lingkungan penduduk, bukan datang dari luar. Nama asli agama itu ialah Kami no Michi yang bermakna jalan dewa. Shinto (dari bahasa Cina Shen dan Tao, yang berarti "Jalan dari Jiwa-jiwa") disebut Kami-no-michi dalam bahasa Jepang, kami adalah banyak Dewa atau jiwa alam.
AJARAN DAN KEPERCAYAAN SHINTO
Sistem ketuhanan agama Shinto dikenal dengan Kami. Menurut masyarakat Jepang kuno, istilah kami ditujukan untuk menyebut suatu kekuatan atau kekuasaan tertentu yang terdapat dalam berbagai hal atau benda, tanpa membedakan apakah objek tersebut hidup atau mati. Ada unsur kami dalam segala hal atau benda, telah menguatkan bahwa konsep kepercayaan yang diusung oleh agama Shinto lebih mengarah poleteistis murni. Ritual dalam agama Shinto bertempat di kuil yang biasa di kenal dengan Jinja. Mengenai tata cara sembahyang atau doa dalam kuil Shinto sangat sederhana, yaitu dengan melemparkan uang logam sebagai sumbangan di depan altar, mencakupkan kedua tangan di dada dan selesai. Adapun beberapa dewa-dewi, mahkluk gaib, roh-roh, yang dipuja dalam Shinto antara lain[1] :
·         Naga (mahkluk berupa ular)
·         Dosojin, Ebisu (salah satu dewa keberuntungan Jepang)
·         Dewa Hachiman, Henge, Kappa, Kitsune (Roh Srigala)
·         Oinari (Roh Srigala)
·         Shishi (Singa)
·         Su-ling (Empat Binatang Pelindung)
·         Tanuki (Sejenis Dewa
·         Inari (dewa makanan)[2]
·         Aragami (Roh ganas dan jahat)[3]
·         Dewa-dewa Tanah dan Dewa-dewa Gunung dan Dewa-dewa Pohon
·         Dewa-dewa Air dan Dewa-dewa Laut
·         Dewa-dewa Api
·         Dewa-dewa manusia
Ajaran Tentang Dunia
1.      Tamano-hara, yang berarti “tanah langit yang tinggi
2.      Yomino-kuni, yakni tempat orang-orang yang sudah meningal dunia.
3.      Tokoyono-kuni, yang berarti “kehidupan yang abadi”.

v  Ritual Keagamaan
Mengenai tata cara sembahyang atau doa dalam kuil Shinto sangat sederhana yaitu melemparakan sekeping uang logam sebagai sumbangan di depan altar, mencakupkan kedua tangan di dada dan selesai.
v  Festival (Matsuri)
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi).
       Matsuri Terbesar

E.     KITAB SUCI AGAMA SHINTO
Ada beberapa kitab suci yang dipercaya oleh penganut Shinto :
a)      Kojiki - yang bermakna : catatan peristiwa purbakala.
b)      Nihonji - yang bermakna : riwayat jepang.
c)      Yeghisiki - yang bermakan : berbagai lembaga pada masa yengi
Manyosiu - yang bermakan : himpunan sepuluh ribu daun..[4]
F.     TEMPAT-TEMPAT SUCI AGAMA SHINTO
Kuil Shinto (神社 jinja) adalah struktur permanen dari kayu yang dibangun untuk pemujaan berdasarkan kepercayaan Shinto. Tidak semua kuil Shinto adalah bangunan permanen, sejumlah kuil memiliki jadwal pembangunan kembali. Bangunan di Ise Jingū misalnya, dibangun kembali setiap 20 tahun.
G.  SEKTE-SEKTE AGAMA SHINTO
Secara umum Shinto bisa dikelompokkan menjadi 4 bagian atau kelompok. Yang masing masing mempunyai keunikannya tersendiri.
ü  Imperial Shinto (Kyuchu Shinto atau Koshitsu Shinto).
ü  Folk Shinto (Minzoku Shinto)
ü  Sect Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto)
ü  Shrine Shinto (Jinja Shinto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar