Selasa, 28 Mei 2013

Responding Paper 7


Responding Paper Agama Zain
Elita Karlina
1110032100017
1.      Sejarah dan perkembangan agama jain
Agama jain adalah sebuah agama monastic kuno dari india. Agama ini menolak otoritas weda sebagaimana halnya agama budhha. Agama ini muncul  pada zaman wiracarita yakni masa akhir zaman brahmana, ketika ada perdebatan antara aliran teistis dan non teistis. Menurut Jhon A Hutchison agama inijuga agama budhha  muncul di zaman heresies (zaman pilihan) yang timbul karena dua alasan, yang pertama karena waktu itu orang tidak mengakui adanya otoritas sacral Weda. Kemudian yang kedua yakni pada waktu itu orang menolak batu ujian ortodoksi hindu yaitu apa yang disebut kasta.[1]
Mengenai sejarahnya, Agama Jaina bermakna : agama Penaklukan. agama jain mengakui bahwa ada 24 Thirtankara atau jiwa sempurna yang kesemuanya dipercayai telah menyebarkan ajaran agama jain keseluruh dunia[2].
Jainisme sndiri mulai diakui keberadaannya di magadha, india utara sekitar abad ke-6 dan ke-5 sebelum masehi pada waktu itu mahavira menyebarkan ajaran-ajarannya. Oleh karena itu mahavira lebih dikenal sebagai nabi jainisme, bukan penciptanya. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa mahavira dianggap bukan yang paling dulu menyebarkan ajaran-ajaran jainisme tersebut.[3]
 Agama Jaina sendiri lahir berdasarkan reaksi dari ketiak setujuannya terhadap ajaran-ajaran agama Hindu, maka pada saat itu terjadi pemberontakan besar terhadap agama Hindu yang dipimpin oleh Mahavira.[4] Mahavira dilahirkan di wilayah republik Vaisali (Behar), di kampung Basarh, kira-kira 27 mil di sebelah utara kota Patna.[5]
Perkembangan Jainisme
Dewasa ini ada lebih dari 8 juta pengikut agama ini. Mereka terutama ditemukan di India. Secara sosial, biasanya para penganut Jainisme termasuk golongan menengah ke atas. Agama Jaina itu mewariskan bangunan-bangunan kuil yang amat terkenal keindahan arsitekturnya di India dan senantiasa dikunjungi wisatawan.[6]
Agama jinisme dikenal di Asia Selatan (India) dan disebarkan oleh Vardamina (546 SM) yang berasal dari keluarga yang  sangat berkuasa pada masany.  setelah Vardamina Mahavira meninggal aliran jainisme pecah menjadi dua yaitu Svetambara (memakai jubah putih) dan Digambara (berpakaian langit atau telanjang) perpecahan tersebut terjadi Sekitar tahun 310 SM yakni lebih kurang tiga abad sepeninggal Mahavira. Kemudian Sekitar tahun 82 Masehi perpecahan itu menjadi resmi dan disebabkan masalah pakaian. Jemaat yang mendiami di belahan utara pegunungan vindaya selalu mengenakan pakaian putih, dan jemaat ini yang disebut dengan sekte svetambara (jemaat berpakaian putih). Sedangkan jemaat yang mendiami di belahan selatan pegunungan vindaya tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun karena beriklim panas. Jemaat itu disebut dengan digambara (jemaat bertelanjang bugil bagaikan langit).
2.      Ajaran dan praktik kegamaan
A.    Kitab Suci
sumber-sumber suci dikalangan para pengikut agam jaina adalah pidatdo-pidato mahavira.
B.     System kepercayaan agama jain
1.      Konsepsi tentang tuhan
Agama jain atau jainisme menolak adanya tuhan yang dianggap sebagai pencipta atau penguasa dunia ini. Agama jain mengakui keberadaan apa yang disebut sang “Maha Kuat”, namun mengatakan bahwa sang maha kuat tersebut termasuk pula manusia, semuanya terbelenggu dalam alam dosa dengan sedikit atau tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri darinya.[7]
2.      Konsepsi tentang alam
Jainisme menganut filsafat dualisme, yaitu membagi alam saemesta ini menjadi dua kategori: zat yang hidup (jiva) dan zat yang tidak hidup (ajiva).[8]
3.      Konsepsi tentang karma
Jainisme tetap menerima ajaran tentang karma-samsara dalam pemikiran tradisional india, dan mengajarkan bahw karma terjadi karena tercampurnya jiva dan ajiva. Konsep karma dalam jainisme  berpangkal pada prinsip dualism antara jiwa dan benda, atas dasra prinsip tersebut, menurut jainisme tubuh manusia itu memenjarakan jiwanya.
4.      Pandangan tentang pencerahan
Tujuan akhir dari ajaran jain adalah untuk mencapai kehidupan yang sempurna memperoleh pengetahuan tentang pencerahan dan akhirnya moksa yakni terlepas dari siklus kelahiran kembali.
5.      Tentang Epsitemologi
Dalam aspek epistemologi, jaina menolak pandangan carvaka bahwa persepsi hanyalah satu-satunya sumber valid munculnya pengetahuan. Jika kita menolak kemungkinan memperoleh pengetahuan benar melalui inferensi dan testimoni orang lain, kita semestinya meragukan validitas persepsi, karena sekalipun persepsi kadang-kadang bisa bersifat ilusi.[9]
6.      Jaina percaya dengan pluralisme roh; terdapat roh-roh sebanyak tubuh hidup yang ada. Tidak hanya roh dalam binatang, tetapi juga tumbuh-tumbuhan dan bahkan dalam debu. Hal ini juga diterima dalam ilmu pengetahuan moderen. Semua roh tidak secara sama memilki kesadaran, ada yang lebih tinggi ada yang lebih rendah.[10]
7.      Tentang Metafisika
Di dalam aspek metafisikanya, jainisme mengambil posisi realistik dan pluralism relativistik. Ia disebut atau doktrin pluralistik realitas. Material dan spirit dipandang sebagai realitas-realitas yang independen dan terpisah. Terdapat atom-atom material yang tak terhitung jumlahnya dan roh-roh individu aspek-aspek dirinya yang juga tak terhitung jumlahnya.
PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM JAINISME
A.    Asketisme
Menurut jai nada dua motif melakukan kehidupan asketik, pertama bahwa kehidupan asketik dianggap sebagai salah satu macam atletikisme spiritual yaitu latihan spiritual para atlit menjelang pertandingan. Kedua, bahwa kehidupan asketik itu menempatkan prinsip serba dua antara materi dan spirit (jiwa).
B.     Etika penganut agama Jain
Hanya ada lima disiplin spiritual didalam jainisme. Kelima sumpah tersebut adalah (1) ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya (tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan pikiran, perkataan dan prbuatan). Dalam halo rang umum, aturan ini bisa di modifikasi dan disederhanakan.[11]
Untuk orang awam ada 12 atauran yang semula berasal dari aturan pendeta. Keduabelas aturan tersebut adalah
1.      Tidak pernah menyengaja melenyapkan kehidupan dari makhluk ang berorgan indra
2.      Tidak pernah berbohong
3.      Tidak mencuri
4.      Tidak berzina
5.      Tidak tamak
6.      Menghindari godaan-godaan
7.      Membatasi jumlah barang yang dipakai sehari-hari
8.      Menjaga hal yang berlawanan dengan usaha untuk menghindari dari kesalahan-kesalahan
9.      Menjaga periode-periode meditasi yang telah dicapai
10.  Mengamati periode-periode penolakan diri
11.  Memanfaatkan periode-periode kesempatan menjadi pendeta
12.  Member sedekah
Umat awam juga memegag prinsip ahimsa, dengan melakukan diet vegetarian dan selanjutnya melarang diri makan telor.


[1] Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN SUNAN KALI JAGA PRESS, 1988)h, 151
[2] Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, h. 152
[3] Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, h. 15153

[4] Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
[5] Mukti Ali, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: Hanindita offset, 1988, cet l, h. 151-152
[6]. http://arifuddinali.blogspot.com/2011/12/jainisme.html.
[7] Ali, mukti, agama-agama di Dunia, h.15158-159
[8] Ibid, h. 162-163
[9] I.B. Putu Suamba, Dasar-dasar Filsafat India, (Denpasar: Mabhakti, 2003), h 315-16
[10] Ibid, h. 18
[11] I.B. Putu Suamba, Dasar-dasar Filsafat India, h. 319.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar