Responding Paper Agama Zoroaster
Elita Karlina
1110032100017
A.
Sejarah
Agama Zoroaster
Iran dan Persia adalah dua nama yang
kerap digunakan untuk menunjukan satu wilayah.
550 SM-imperium pertama.Kekaisaran Akhemeniyah(Persia) imperium ini
didirikan oleh Cyrus atau Koresh yang agung. 486 SM, raja Darius 1 naik takhta,
dan pada tahun 521 SM menguasai iran. Pada tahun 334 SM, Alexander Agung kaisar
Macedonia, yunani, merentangkan kekuasannya hingga mampu menaklukan dan
menguasai imperium Persia. Alexander bahkan memerintahkan pasukannya untuk
membunuh ribuan tentara Persia, dan membakar ibu kotanya: parsepolis. Dibawah
kekaisaran Seleukus, Persia mengalami babak sejarah yang cemerlang.kekaisaran
ini berhasil menggabungkan asia kecil, syam,irak dan iran menjadi satu kesatuan
wilayah. Setelah itu muncul kekaisaran Parthia yang menguasai Persia pada tahun
247 SM-224 M. dalam lembar sejarah iran kuno, kekaisaran Parthia disebut juga
dinasti Arcia.
Kekaisaran
sasanid: didirikan oleh Ardashir I ysng berkuasa pada tahun 224 M. dinasti ini
dipercaya sebagai pembangun dan penghidup kembali peradaban Persia dan
Zoroaster, sekaligus berupaya membangun kembali tradisi Persia peninggalan
dinasti akhmeniyah.
B.
Penganut dan Perkembangan Agama Zoroaster
Sebelum Zarathustra lahir, agama
bangsa persi adalah bersumber pada ajaran polytheisme, paganism, dan animism.
Menurut penganut Zoroaster,Dzat Ahura mazda adalah esensi murni yang suci dari
segala bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata atau tidak
dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Oleh karena itu zoroastrianisme
pun membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan ahura mazda denga dua rumus
penting.
Rumus pertama bersifat
transenden(samawi)yang disimbolkan dengan matahari, sedangkan rumus kedua
bersifat imanen (ardhi) yang disimbolkan dengan api. Keduanya adalah unsur yang
memancarkan cahaya, menerangi semesta,suci, serta tidak dapat terkontaminasi
oleh hal-hal yang buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan
semesta raya ini bergantung. Sifat inilah yang paling mendekati untuk
digambarkan oleh manusia akan sifat maha pencipta.
C. Kitab Suci Agama Zoroaster
Kitab
suci agam Zoroaster (Avesta) Ada tiga bagin:
(1). Gathas,(2). Yashts, (3). Vendidat atau
videdat. [1]
D. Ajaran dan kepercayaan agama
Zoroaster
Persamaa persamaan ajaran agama Veda
India dan Zoroaster:
a. Mengenal
pemujaan terhadap dewa mithra yaitu dewa matahari
Mengenal
pemujaan terhadap dewa varunna yaitu dewa laut
Mengenal
pemujaan terhadap dewa hauma yaitu dewa soma(nama tumbuh-tumbuhan)
b. Mengenal
adany kasta, yaitu:
Kasta
kepala negara dan pendeta
Kasta
militer
Kasta
petani atau penggarap tanah
c.
Tentang
penciptaan alam
Agama
Zarathustra mengajarkan bahwa kekuatan moral dapat menguasai alam semesta ini.
Persaingan antar prinsip-prinsip baik dan buruk seperti terjadinya siang dan
malam dipandang sebagi keseluruhan sejarah semesta ini. Menurut ajaran
Zarathustra ala mini sudah berusia 6000 tahun dan masih akan berusia 6000 tahun
lagi atau usia ala mini 12.000 tahun lamanya. Sesudah 12000 tahun itu terjadilah
kiamat.
d.
Manusia
Manusia
pada asalnya adalah wujud ghaib, dan rohnya dalam bentuk fravashi dan fravhr,
ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan ohramzd, dan
roh itu tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik tuhan dan kepadanya dia
kembali.
e.
Etika
Sebagian
besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran
teologisnya mempunyai pandangan moralistic tentang kehidupan. Kenyataan
kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik adalah
baik dan jelek adalah jelek.
f.
Peribadatan
Zoroaster mewajibkan kepada para pengikutnya untuk
beribadat lima kali sehari. Ketika matahari terbit, ketika tengah hari, ketika
matahari terbenam, waktu setengah hari seperti waktu ashar, tengah-tengah
antara tengah hari dan waktu matahari terbenam.
Bentuk dan isi : 1.Mempersiapkan diri dengan mencuci
wajah, tangan dan kaki dari kotoran debu. 2. Melepas tali kawat suci dan
berdiri dengan tali dipegang dengan kedua tangannya di mukanya.
para
pengikut Zoroaster mempunyai kewajiban
bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan hari besar tahunan: 1. Pertengahan
musim semi, 2. Pertengahan musim panas, 3. Pertengahan musim dingin, 4. Upacara
khusus bagi kelahiran, 5. Menginjak usia pubertas, 6. Perkawinan, 7. Kematian
g.
Pengadilan
saat kematian
Setiap
roh manusia setelah meninggalkan kehidupan dunia ini akan bergentayangan
menunggu selama tiga hari di dekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada hari
keempat, roh menghadapi pengadilan diatas ”jembatan pembalasan”, jembatan yang
dijaga oleh dewa rashu yang bertindak sebagai hakim yang secara sangat adil
menimbang perbuatan baik dan buruk manusia.
Neraka di dalam agama Zoroaster
bukan merupakan tempat penyiksaan abadi. Neraka hanya bersifat sementara dan
merupakan tempat penyucian dari noda-noda dosa. Akhir penyucian dosa terjadi
pada pengadilan(nisab) terakhir pada akhir zaman.
h.
Hari
kebangkitan
Perhitungan
terakhir, menurut agama Zoroaster, juga hanya berupa tiga hari”penyucian” di
dalam logam yang meleleh dan setelah itu roh-roh terkutuk bangkit dari neraka
dan seluruh umat manusia tanpa kecuali berkumpul dalam surge tempat tinggal
ahriman dan syetan-syetan. Tuhan melunakan keadilan dengan rasa belas kasihan.
Dia tidak mempunyai sifat yang kejam dan sama sekali tidak bisa murka. Surge
adalah suatu keadaan yang kembaki kepada kehidupan dunia yang ideal dipulihkan.[2]
i.
Konsep
Api dalam ajaran agama Zoroaster
Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk senantiasa
menyalakan api suci di tungku-tungku api yang terdapat di setiasp kuil
peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan cahaya.
j.
Ritus kematian Agama Zoroaster
1. Mayat
dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke
Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.
2. Sesudah
itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.
3. Di
sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan
dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
4. Sisa-sisa
tulang kemudian dibuang ke dalam sumur.
k. Upacara
Keagamaan Sehari-hari dan hari raya
untuk
melangsungkan upacara keagamaan sehari-hari, penganut Zoroaster tidak
diharuskan pergi ke kuil. Mereka dapat berdoa
di mana saja seperti di gunung-gunung, sungai-sungai, ladang-ladang ataupun di
rumah. Mereka dapat
menyampaikan nazar, penyesalan dosa,ungkapan
terima kasih, dan sebagainya. Waktu yang dirasakan tepat untuk melakukan
upacara agama sehari-hari adalah di pagi hari. Zoroastrianisme mempunyai beberapa hari
raya atau disebut Gahambars.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar