RESPONDING PAPER AGAMA SHINTO
Elita Karlina
1110032100017
SEJARAH
Agama
Shinto didirikan mulai sekitar 2,500 - 3000 tahun yang lalu di Jepang. Agama
ini timbul pada zaman prasejarah dan siapa pembawanya tak dapat dikenal dengan
pasti. Agama shinto di Jepang itu tumbuh dan hidup dan berkembang dalam
lingkungan penduduk, bukan datang dari luar. Nama asli agama itu ialah Kami no
Michi yang bermakna jalan dewa. Shinto (dari bahasa Cina Shen dan Tao, yang
berarti "Jalan dari Jiwa-jiwa") disebut Kami-no-michi dalam bahasa
Jepang, kami adalah banyak Dewa atau jiwa alam.
AJARAN DAN KEPERCAYAAN SHINTO
Sistem
ketuhanan agama Shinto dikenal dengan Kami. Menurut masyarakat Jepang kuno,
istilah kami ditujukan untuk menyebut suatu kekuatan atau kekuasaan tertentu
yang terdapat dalam berbagai hal atau benda, tanpa membedakan apakah objek
tersebut hidup atau mati. Ada unsur kami dalam segala hal atau benda, telah
menguatkan bahwa konsep kepercayaan yang diusung oleh agama Shinto lebih
mengarah poleteistis murni. Ritual dalam agama Shinto bertempat di kuil yang
biasa di kenal dengan Jinja. Mengenai tata cara sembahyang atau doa dalam kuil
Shinto sangat sederhana, yaitu dengan melemparkan uang logam sebagai sumbangan
di depan altar, mencakupkan kedua tangan di dada dan selesai. Adapun beberapa
dewa-dewi, mahkluk gaib, roh-roh, yang dipuja dalam Shinto antara lain[1] :
·
Naga (mahkluk berupa ular)
·
Dosojin, Ebisu (salah satu dewa
keberuntungan Jepang)
·
Dewa Hachiman, Henge, Kappa, Kitsune
(Roh Srigala)
·
Oinari (Roh Srigala)
·
Shishi (Singa)
·
Su-ling (Empat Binatang Pelindung)
·
Tanuki (Sejenis Dewa
·
Dewa-dewa Tanah dan Dewa-dewa Gunung dan
Dewa-dewa Pohon
·
Dewa-dewa Air dan Dewa-dewa Laut
·
Dewa-dewa Api
·
Dewa-dewa manusia
Ajaran
Tentang Dunia
1. Tamano-hara, yang berarti “tanah langit yang
tinggi
2. Yomino-kuni,
yakni tempat orang-orang yang sudah
meningal dunia.
3. Tokoyono-kuni, yang berarti “kehidupan yang
abadi”.
v Ritual
Keagamaan
Mengenai
tata cara sembahyang atau doa dalam kuil Shinto sangat sederhana yaitu
melemparakan sekeping uang logam sebagai sumbangan di depan altar, mencakupkan
kedua tangan di dada dan selesai.
v Festival
(Matsuri)
Matsuri
dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa
seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja
atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian
bangunan atau konstruksi).
Matsuri Terbesar
- Gion Matsuri
(Yasaka-jinja,
Kyoto,
bulan Juli)
- Tenjinmatsuri
(Osaka Temmangu,
Osaka,
24-25 Juli)
- Kanda Matsuri
(Kanda Myōjin,
Tokyo,
bulan Mei)
E. KITAB SUCI AGAMA SHINTO
Ada
beberapa kitab suci yang dipercaya oleh penganut Shinto :
a) Kojiki
- yang bermakna : catatan peristiwa purbakala.
b) Nihonji
- yang bermakna : riwayat jepang.
c) Yeghisiki
- yang bermakan : berbagai lembaga pada masa yengi
Manyosiu
- yang bermakan : himpunan sepuluh ribu daun..[4]
F.
TEMPAT-TEMPAT
SUCI AGAMA SHINTO
Kuil
Shinto (神社 jinja) adalah struktur permanen
dari kayu yang dibangun untuk pemujaan berdasarkan kepercayaan Shinto. Tidak
semua kuil Shinto adalah bangunan permanen, sejumlah kuil memiliki jadwal
pembangunan kembali. Bangunan di Ise Jingū misalnya, dibangun kembali setiap 20
tahun.
G. SEKTE-SEKTE
AGAMA SHINTO
Secara
umum Shinto bisa dikelompokkan menjadi 4 bagian atau kelompok. Yang masing
masing mempunyai keunikannya tersendiri.
ü Imperial Shinto (Kyuchu Shinto atau
Koshitsu Shinto).
ü Folk Shinto (Minzoku Shinto)
ü Sect Shinto (Kyoha atau Shuha
Shinto)
ü Shrine Shinto (Jinja Shinto)
[2] Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.254-255
[3] http://noerhayati.wordpress.com/2008/09/24/agama-shinto-sejarah-dan-ajarannya/ . Dikutip
Maret 16,2013, pada 15:43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar